Sabtu, 21 April 2012
???
kropos
September 10, 2011
maap sebelumnya, saya mau bertanya juga.
apakah ada korelasi antara lirik dengan dampak terhadap seseorang kedepannya (baik ataupun buruk)
beliau ini kan salahsatu vocalis terkemuka di ranah underground, yang mungkin kita semua sudah tau musik2nya seperti apa, cenderung frontal serta sarkas terhadap ‘ketuhanan’ dan ‘kehidupan’ (in my opinion). karena saya teringat akan alm. ivan scumbag dimana lirik/lagu2 dari beliau yng begitu kelam dan dalam terutama pada penggalan lirik “…Tuhan, aku ingin mati…” well, interpretasi tiap orang kan beda,baik dalam menanggapi atau mengkritisi. dan semua mahluk yng bernyawa pasti mati. kembali teringat pada band forgotten, terutama pada judul lagu ‘Hidup adalah Kutukan’. Hmm,, mungkin tujuan dari si pengarang lagu itu A, tapi berhubung banyak pendengar yng menikmati serta menghayati , jadi makna sesungguhnya nyimpang ke B. di nyanyikan (diucapkan) berulang-ulang.*ga nyambung yaa ? *
apakah benar, jika ‘ucapan’ adalah ‘doa’? dan jikapun benar itu adanya, mungkin kedepannya kita harus lebih berhati-hati dalam berucap *lirik manifesto dari ucapan?
akhir kata, semoga lekas sembuh bung Addy Gembel. dan “hidup bukan kutukan”
Reply
gutterspit
September 10, 2011
Selalu ada hubungan antara yang kita lakukan dan ucapkan dengan orang lain. Tentunya semua kawan2 memikirkan sebab-akibat itu. Namun jika proses dan hasil karya seseorang itu (yg kita sama2 tahu bisa diinterpretasikan macam2) dihubungkan dengan anggapan mereka tidak memikirkan dampaknya, agak tidak relevan juga. Kita tahu yg namanya karya (seni atau apapun disebutnya) merupakan sesuatu yg ekspresif. Kebodohan orang yang meresponnya dengan mengaplikasikan secara negatif menurut saya tidak bisa dilimpahkan kesalahannya pada sang kreator. Persis persepsi orang yg membom orang2 tak bersalah atas penafsirannya terhadap kitab suci yg jelas2 intinya menyuruh berbuat baik. Sesuatu yg menyuruh kita manusiawi saja bisa diartikan sebaliknya, apalagi cuman lirik. Tapi apa kita lalu menyalahkan tuhan?? Bukankah yang sering kita katakan “ah itu sih penganut agamanya aja yang ngaco. Bukan salah agamanya.”
Aku melihat kematian begitu indah
Bulat pucat purnama di langit yang gelap
Memenuhi rongga langit yang temaram dengan aroma dupa mistik yang misterius
Aku melihat kematian begitu indah
Lembut mengalir bening,membelai batu gamping warna krem yang terserak di dasarnya
Menciptakan riam-riam kecil
Membuat laju sepotong daun kecil yang hanyut terguncang dan tertahan-tahan.Lalu dengan sayap putih lembutnya, mengepak empuk dan terbang ringan melayang hampa.
Di tengah gurun tandus dia berkelana menunjukkan jalan pada setiap langkah pengelana yang tersesat.
Gurun yang hanya menyisakkan udara panas dan angin kuat berdebu
Yang menjelmakan hasrat liar dengan dominasi pada hidup
Bahkan hingga hari ini aku masih melihat kematian begitu indah
Tanpa harus ada tumpah darah dari nadi yang terkoyak
Tanpa harus ada tubuh yang tergantung kaku d atas kusen berdebu
Kematian melayang perlahan dan hinggap di lubuk kalbu yang mulai enggan untuk berdetak secara teratur
Hanya tubuh yang diam terbaring tenang
Seperti tidur panjang yang nyenyak dengan mimpi indah tanpa akhir
Dan kini keindahan itu memelukku
Menyergap lembut dari belakang dan mendekapku erat penuh hangat
Seperti kekasih yang menumpahkan rasa rindu
Ada tangisan bahagia dan kecupan rasa suka
Lalu kematian memasangkan kedua sayap mungilnya di belakang pundakku
Memberikan padaku mahkota bercahaya
Lingkaran bersinar yang melayang tepat di atas kepalaku
Aku seperti dewa matahari
Seperti dewa matahari badanku melayang ringan dan bercahaya penuh kharisma
Memendar dalam dingin dan udara yang tak berasa apa-apa
Aku melihat kematian sebagai serpihan dari puzzle yang harus dirangkai satu persatu untuk mendapatkan sebuah rupa yang utuh dan sempurna
Kematian maksimal
kebebasan sejati
Dari rasa sakit
[APA YANG KULIHAT KUBACA KUDENGAR]
KAMIS, SEPTEMBER 17, 2009
Interview Homicide dengan Majalah Sniff
Ini adalah salah satu interview terakhir dengan Homicide sebelum mereka bubar, seperti biasa dijawab oleh Ucok, interview ini dilakukan oleh majalah SNIFF, namun konon mereka tidak sempat menerbitkannya, entah atas alasan apa. Yang pasti ini salah satu interview yang bagus dengan Homicide. Silahkan baca saja sendiri. terimakasih buat bung Freerenton (freerenton.multiply.com) yang sudah mem-publish ini di blog dia.
Tanggapan yang terungkap setelah Post saya sebelumnya tentang materi-materi unpublished Sniff membuat saya senang.. here's another one for you...
Ini Adalah Interview dengan Ucok, sosok inspiratif dari aksi hip-hop agresif Homicide yang saat itu masih "hidup", kemudian terungkap oleh Interview yang dilaksanakan senior-editor Sniff Alfian ini, bahwa saat itu Homicide sudah berada di ujung jurang. so, sejarah mencatat bahwa interview ini adalah salah satu interview terakhir yang pernah dilakukan Ucok atas nama Homicide. I'm so glad i can bring this out for you all... enjoy...
Hai, apa kabar? apa nih kesibukan terakhir?
Baik. Wah, banyak... yang mana dulu nih. yang pasti sih ngasuh anak, gawe dsb itu makanan sehari-hari saya. sisanya... mungkin ya seperti biasa juga; aktivisme, bikin album baru, manggung… apa lagi ya? Segala yang SNIFF terima sejauh ini tentang Homicide adalah karya terbaik yang pernah dibuat! Apa ada yang salah dengan pernyataan ini? Dan siapa saja yang masih aktif di dalamnya dan ambil bagian menyelesaikan album terakhir kemarin?
mmm…, salah apa bener sih justru saya nanya ama kamu.. hahaha, kalo buat saya sih karya ya karya aja, dan seperti hal nya karya lain, pasti saya berusaha yang paling baik...sekarang homicide, terdiri dari empat orang personil inti, yaitu saya Ucok (MC dan produser), Mada (sampler dan produser), Iwan aka DJ E (turntables), dan Andre di gitar. Kalo album terakhir kemarin sih berhubung anthologi ya banyak
Apa respon terhadap album documentary kalian, The Nekrophone Dayz? Tertulis di comment Myspace kalian, Cd ini bahkan diapresiasi di luar Indonesia . Siapa sebenarnya target penjualan album ini?
Kalo respon sih banyak. Bisa cari di web juga banyak kok, review dari beragam orang yang punya pendapat berbeda juga, dari Rolling Stone sampe Jakarta Post sampe Klanks Webzine..., kalo kawan-kawan luar negeri mengapresiasi itu kebeneran aja cd nya nyampe ke mereka.., karena sebenernya distribusinya cuman lokal doang. Mungkin ada yang distribusiin di luar negeri, maksudnya beli putus lalu di jual disana. Trus target penjualan, wah nggak ada target.... siapa aja.
Bagaimana kamu mengklasifikasi musik Homicide?, maklum orang awam yang lebih mengenal Eminem ketimbang Public Enemy akan menafsirkan music dan attitude kalian, wah!! Anjing!! hip hop cerdas nih..liriknya, politikal euy, ini Hip Hop atau Punk sich?
Pada dasarnya ya Hip hop aja..., cuman pengaruhnya yang beda dengan hip hop lain, atau mungkin memang punk yang pengaruhnya kebanyakan hip hop, bisa juga kan ? yang pasti sih saya ga peduli ama pengklasifikasian musik. Bagus ya bagus, jelek ya jelek. Mau punk atau hip hop sama aja
Soal rilisan album full length terakhir, apakah itu sebuah pemuasan ego seorang Ucok yang masih keukeh bikin Homicide eksis atau sebuah laten kekecewaan atas apa yang terjadi pada Homicide, terlepas dari apa yang kamu kutip dari Refused, “Rather be forgotten than remembered for giving in!”
Ego sih pasti. Manusia hidup harus punya ego. itu yang ngebedain manusia dengan mayat, selain ruh tentunya, tapi ego bukan untuk dipuasin. Jadi lebih bisa disebut pengaplikasian ego pada kehidupan sehari-hari yang banyak berbenturan dengan banyak hal tapi musti tetep jalan. Kekecewaan juga bukan, kutipan refused itu sendiri bukan untuk nunjukin kekecewaan tapi lebih berupa nazar yang harus diingat kalo pengen tetep waras
Kenapa homicide tidak bubar saja dan kamu bisa saja kan membuat band dengan karakter baru? lalu apakah Ucok sekarang adalah individu yang masih berharap Homicide seperti 11 -12 tahun lalu?
Nah, memang rencanya seperti itu..., tapi kami pengen bubar dengan indah...makanya saya ajak Aszi aka Sarkasz balik lagi di album yang lagi digarap sekarang, mini album terakhir sebelum bubar beneran dan saya bikin band baru setelahnya. Saya sendiri udah cape jalan pake nama Homicide, cuman kemarin rasanya belum tuntas aja, masih ada niat nutup babak terakhir
Apa sebenarnya yang kamu suarakan dalam Membaca gejala dari jelaga ? Apakah itu makna kesedihan seorang Ucok yang dikemas dengan balutan obituari persahabatan dan nuansa kematian yang signifikan, terkait dengan kover dan konsep album itu sendiri dan seolah kamu pingin dunia mengetahui emosi seorang Ucok pada saat itu..
mungkin ya...., banyak hal yang mempengaruhi pembuatan lagu itu..., salah satunya jelas, kehilangan saya atas cabutnya aszi pada saat itu..., tapi kalau diliat lagi, lirik itu bukan melulu soal aszi, meski ditujukan buat dia. Saya bicara tentang dunia yang menyerah pada rotasi kompromi hingga membuat banyak individu hidup ala kadarnya...
Melihat lyric sheet dan sleeve album kalian, beragam buku yang bernuansa subversif/ resistansi/ edgy jadi image yang mewakili kalian ketimbang potret diri. Kenapa tidak ada image kalian? Mungkin ada sedikit penasaran di benak saya seperti apa orang - orang dibalik Homicide.. hehehe…
Hahahha ga penting kan ?
Lirik kalian begitu tajam dan penuh metafora hingga sarkas. Menggabungkan dua kepala untuk menciptakan lagu semacam ini pasti tidak mudah, kini ketika kamu tinggal sendiri apakah justru lebih mudah dalam berkarya atau tambah susah, perubahan apa yang paling mendasar untuk bagian rima ini? Jika boleh tahu Puisi siapa yang paling menggugah di matamu?
Pertanyaan sulit... karena memang dulu konsep homicide memang saya dan aszi yang saling melengkapi dalam membuat bangunan rima, tapi saya sempet ragu untuk nerusin homicide pas dia cabut, ini berlangsung hampir 1 tahun yang mengakibatkan vakum-nya homicide hampir selama itu..., kira-kira 2003-2004-an lah. Kalau ditanya soal lebih mudah yang mana, jawabannya ga ada, bikin lirik mau sendirian atau berdua kalau gampang ya gampang, susah ya susah. Yang ngebedain cuman prosesnya aja, buat saya sendiri, palingan yang jadi poin lebih pas sendirian adalah soal pengambilan keputusan yang lebih mudah bukan soal bikin lirik, saya ga harus diskusi ma aszi soal ini-itu, yang kadang jadi banal juga, mentok sempet. Tapi ya itu harga yang harus saya bayar karena nerusin homicide sendirian
Hip Hop Indonesia dan masa depannya!, apa yang menyebabkan musik dengan genre ini begitu minim apresiasi jika dilihat dari kuota artis dan album yang dirilis?
Wah buta tuh saya soal beginian, terus terang ga peduli, hahahaha!
Apa kamu masih menganggap Hip Hop itu terdiri dari 2 unsur, yaitu : 2 microphone, Kau dan Aku..kamu menyadari Hip Hop itu seharusnya sharing Ego bukan adu Ego, apa karena MC Battle udah populer sekarang bahkan Saykoji meletakkan satu track Battle pada record mereka yang terdengar kampring- lalu Homicide berhenti melakukan MC Battle
Bukan lantaran saykoji yang pasti sih, hanya saja, battle udah jadi semacam satu-satunya parameter untuk mengukur nilai di hiphop. Meski betul, battle bukan satu-satunya. Hiphop adalah kehidupan, dalam kehidupan ga cuman kompetisi...., kooperasi juga penting
Jika kamu menjadi sadar akan politik dan subversivitas karena mendengar Crass di masa kamu kuliah dan mengalami masa saat menjatuhkan rezim Soeharto, lalu apa yang salah dengan generasi sesudah kamu yang secara informasi dan teknologi lebih mudah mengakses hal semacam itu, justru tidak memulainya sebelum masa masa kuliah, kenapa band seperti Homicide terbilang langka, bahkan untuk kapasitasnya dalam kultur HcPunk sendiri?
Entahlah..., saya juga ga bisa jawabnya. Mungkin..., ah ga tau..., terlalu banyak kemungkinan. mungkin efek dari terlalu gampang itu. Mungkin juga karena sekarang atmosfernya udah ga se-represif dulu dan akses begitu mudah untuk ini itu jadi kreatifitas cuman muter disitu-situ aja..., ga tau juga...., yang jadi pertanyaan saya sih, kenapa orang-orang puas dengan hidup mereka yang begitu-begitu aja...
Ucok lebih memilih mempertanyakan apa yang benar di dunia ini ketimbang apa yang salah di dunia ini. Apakah benar benar memalukan untuk menyerah pada idealisme dan hidup seperti orang kebanyakan karena tuntunan kehidupan?
Dua-duanya jadi pertanyaan permanen buat saya, hanya saja ga ada yang memalukan untuk menjadi kompromis. Kompromi itu adalah mutlak dengan kondisi dunia seperti ini..., siapa yang bisa lari? Tapi, pertanyaan saya... apakah tak ada ruang lain sehingga berhenti setelah menjadi kompromis di beberapa titik hidup? tuntutan hidup selalu jadi pembenaran, padahal nggak juga. Banyak contoh individu yang bisa memenuhi tuntutan hidup namun tetap hidup sehidup mungkin tak cukup hanya "bertahan hidup" namun individu harus lah "hidup" sebelum kita mati. ingat puisi Chairil anwar? sekali berarti lalu mati? nah itu cocok!
Tak ada fenomena global di satu teritori yang tak ada hubungannya dengan hal lain di sudut planet lainnya apakah sebenarnya ancaman neoliberalisme itu yang membuat kita benar benar harus tanggap sehingga kamu bersama kawan kawan membentuk Community Campaign Against Neoliberalism , apa saja yang dilakukan komunitas ini?
Saya tanya balik...., sepenting apa sehingga kalian harus ngemis pendidikan ketika pendidikan itu udah hak kalian, air yang mustinya dapet gratis dijual di literan aqua... sepenting apa hidup sehingga kalian tidak bisa menjalankan hidup seperti yang kalian inginkan sehingga kalian harus kompromi dijalur pasar bebas ngemis-ngemis pekerjaan.... sepenting apa dunia yang hanya menghamba pada nilai nilai ekonomi ....
Karya kalian akan lebih abadi ketimbang kalian sendiri, apakah Puritan akan tetap berpotensi untuk mengalami disinterpretasi saat rima Persetan dengan Surga®.. lebih terdengar di kuping ketimbang eksplanasi lagunya sendiri?
I take the risks...., kalo terlalu banyak pertimbangan pasti lagu itu ga akan pernah jadi... hehehehe. Nietzsche juga pernah dipake Hitler kok untuk jadi pembenaran filosofis fasis nya, Qur'an aja dipake untuk banyak hal yang negatif kok, apalagi cuman lirik saya
Apa yang paling berharga sepanjang perjalanan Homicide sehingga kamu menulisnya sebagai Remnants and trace from the years worth living Ceritakan kepada kami soal tahun tahun itu?
Banyak dan hampir semua yang saya ingat saya tulis di booklet itu, akan sangat panjang kalo saya ceritakan, yang pasti kalimat "remnants..." itu sebenernya pengganti kata anthology yang nggak pengen kita pakai
Di www.myspace.com/homicidebdg kamu mejelaskan tentang keraguan mendaftarkan band ini ke jaringan Rupert Murdoch tersebut sambil menulis “Pada akhirnya memang we give this a try, sampai pada satu saat kita bisa memperhitungkan mana yang lebih banyak, manfaat atau kerugiannya” apakah sekarang kamu sudah menentukan apa manfaat dan kerugian myspace?
Ya, so far, banyak untungnya, buka jaringan, buka ruang wacana dll. Dan banyak juga yang masuk knowmore.org dari situs myspace kami. we count it as an advantage
Apa pandangan seorang Ucok tentang orisinalitas?
Great artists never imitate...., great artists steal. Nuff said
Apakah kamu mau ngasih bocoran soal karya terbaru Homicide, mengingat karya terbaru di album terakhir itu terdengar eksperimental/ atmospheric/ avant garde dengan sample dari GY!BE dan Neurosis. itu keren!
Well.... saya simpan konsep itu untuk band baru saya nanti..., album baru yang lagi digarap konsepnya balik ke old school. Public Enemy style of hiphop, Long Island Jeep Beats
Akan seperti apa Homicide ke depannya? Dan sebagai seorang ayah yang baik apa yang akan kamu wariskan kepada kedua putrimu selain sekumpulan masterpieces ini?
Saya wariskan cerita hidup saya..., hahahaha. Mungkin itu yang paling berharga dari saya buat mereka. I show them how i spent my days, live my life to the fullest. and thats it!. akan seperti apa homicide ke depan..., mmmm beberapa bulan lagi bakal bubar, jadi ga tau seperti apa
Apa saja playlist terbaru kamu belakangan ini? Dan apakah seorang Ucok masih sempat membaca buku bagus belakangan ini, sebutkan diantaranya?
Banyak buku bagus, ga cukup waktu untuk baca...., buku terakhir saya baca Arab-Israel for Beginners terbitan Resist, Kenapa Malaka Dibunuh, juga terbitan Resist, Playlist? Dalek baru (Abandoned Language), Jesu baru..., Manic Street Preacher baru, This Will Destroy You, Pelican baru, Immortal Technique, Sage Francis, El-P baru...., album gila!
Jika kamu menyukai komunikasi dan sharing ide, kemana orang orang yang memiliki minat yang sama bisa menghubungimu?
Kirim email aja ke zahrasutresna@yahoo.com, meski saya jarang Online tapi pasti saya buka...
Is This It? Thanks.
oke makasih juga udah mau wawancara. it's one of the good ones
salam untuk kawan-kawan di Samarinda
Live Hard, Stay Free!!!
Jumat, 20 April 2012
Gelapekatku: Quite blog for silent war, morgue vanguard blogs
Gelapekatku: Quite blog for silent war, morgue vanguard blogs: Pada entri kali ini saya ingin berapresiasi tentang blog seorang ucok (homicide R.I.P) a.k.a Morgue Vanguard yang setiap entry-nya menyirat...
Selasa, 17 April 2012
Surat untuk Addy Gembel
Posted on September 5, 2011 54
Pada malam yang setengah larut kemarin, kami mendengar suaramu dari seberang meja berujar “Maaf merepotkan”. Dan mungkin kau ingat bagaimana lalu kami semua terbahak mendengarnya. Kami rasa, repot sudah tidak lagi eksis di pembendaharaan kamus kita. Dan kau tahu itu.
Kami melihat kau sendiri tidak pernah merasa direpotkan oleh segala tetek bengek pertemanan selama ini. Sejak jauh hari dulu sekali, saat kita berteman sebelum kemudian kita bersahabat. Lima belas, dua puluh tahun lalu? nampaknya berapa lamanya waktu tidak lagi penting. Dibandingkan semua hal dalam rentang sekian lama itu, mungkin apa yang kami lakukan sekarang tidak seberapa.
Jika mungkin kami berbicara sekarang seolah seperti melihat pertemanan sebagai transaksi bayar hutang budi dan nyawa, kami minta maaf. Bukan itu maksud kami. Meski memang, kami berhutang budi, nyawa dan inspirasi selama ini. (Dan memang tidak mungkin hal seperti itu tidak terjadi di keluarga komunitas se-intim yang kita miliki di Bandung ini, dimanapun itu).
Kau sering menunjukkan bahwa hal seremeh memberi bantuan bagi yang membutuhkan adalah hal yang paling mudah dilakukan, tidak serumit politik (baik dengan p kecil atau P besar) yang kita sering pula terlibat di dalamnya. Hidup sekalipun memang untuk repot merepotkan, kau sendiri yang menunjukkan itu. Karena selalu ada saat bagi siapapun dari kita sakit, terpuruk, terinjak, terbata-bata, terpenjara, neunggar cadas sedemikian rupa sehingga selalu ada momen pula bagi kita membantu, berbagi, menghibur, menyemangati bahkan memakamkan kawan.
Karena satu dan lain hal, kita tak memiliki kemampuan yang sama. Untuk itulah bantuan ada. Tragedi dan empati adalah bagian dari rock-n-roll, ujarmu satu hari.
Kami merasa kau lebih dari sekedar layak dibantu pada saat seperti ini. Bukan hanya karena kita bersahabat atau hal serupa yang pernah kau lakukan untuk kami, saat komunitas yang kau merasa bagian darinya, terluka atau tertimpa musibah. Namun terlebih, karena kau pula tak pernah merasa repot membantu mereka yang bukan hanya kerabatmu, orang asing yang memiliki jutaan perbedaan dalam banyak hal, termasuk prinsip dan keyakinan. Jika musibah tak pernah diskriminatif, mengapa pula bantuan harus membeda-bedakan. Begitu ujarmu dulu.
Seperti kala tsunami menghantam dan meratakan Aceh, kau menjadi salah satu relawan Bandung pertama yang datang ke sana. Seperti saat kau tak merasa direpotkan menghabiskan berminggu dan berbulan di Bandung Selatan membantu mereka yang tergerus banjir menahun di sana. Pula saat gempa menggedor Jogja dan pesisir Jawa Barat. Atau saat Merapi marah meluluhlantakkan Jawa Tengah. Kami cukup tahu di manapun musibah datang, biasanya kau segera mengepak ransel dan datang menyambangi, mengulurkan tangan semampumu.
Kami tahu lirik dan tulisanmu (yang berusaha melampaui baik-buruk, tuhan-setan dan ditempeli stigma anti-kemanusiaan dan ‘pro-setan’, ah siapa pula yang tak membaca Nietzsche di antara kita?) berhak ditafsiri siapapun dengan makna apapun. Diam pun ada resikonya, apalagi berpetualang, ujarmu dahulu sekali.
Sehingga sangat wajar, bila stigma itu melekat pula di jidatmu, maklum kita sama-sama tahu bahwa kita hidup di zaman di mana komentar dan gosip sampah ala prejudisme instan mendominasi penilaian. Mereka yang hanya tahu hitam dan putih, hanya akan menilai warna lain sebagai gradasi di antaranya. Grayscale. Mungkin mereka tak mau repot-repot melewati belantara proses dan selalu menilai hidup sebagai hasil akhir, tapi untungnya kita tak pernah peduli. Hidup harus jalan terus, passion harus tetap dipasoki amunisi dan rock n roll harus tetap diputar, selalu.
Untuk itu semua, sekali lagi, kau lebih dari sekedar layak dibantu. Bukan hanya sekedar karena Forgotten pernah melahirkan album milestone bagi Bandung, namun karena kau selalu membantu tanpa pamrih, tanpa manifesto apapun kau tulis dengan tanda seru membanggakan itu semua, seolah seluruh dunia harus tahu seperti layaknya kebanyakan orang. Kau tak pernah peduli orang lain tahu hal itu semua, dan memang untuk apa pula.
Namun kami di komunitas ini, yang cukup tahu bahwa kau membantu membangun Mesjid di kaki Merapi dan mendistribusikan pangan di pelosok Pangalengan yang kelaparan pasca gempa, agak perlu memberitahu dunia bahwa kali ini mereka layak tahu inspirasi apa yang telah kau tunjukkan pada kami tanpa banyak omong. Sedemikian rupa, sehingga mereka pun paling tidak tahu mengapa kami bersikeras membantumu semampu kami.
Jika apa yang kami lakukan menimbulkan hiruk-pikuk tak penting di luar sana, kami minta maaf. Meski kau memaklumi karena tak ada yang tidak tersaturasi jika menyangkut khalayak banyak, kami tetap meminta maaf atas ketidakmampuan kami menggalang bantuan diam-diam.
Dan saya yakin, diluar kegaduhan di luar sana, banyak sahabat dan kerabat dengan hati tertulus, doa terpanjang bahkan mungkin musuh terakut yang tak rela kau dilupakan begitu saja setelah perjalanan panjang berpetualang bersama kami dan mereka. Mereka pula berhak membantumu.
Kami menulis ini, karena kami yakin kau tak jauh berbeda dengan kami, para manusia yang tak pernah sempurna. Yang pula disambangi kekalutan dan gelisah berhadapan dengan sesuatu yang konon mengantarkan hidup ke ujung cerita. Tapi bukankah kita sering menghadapi itu semua dengan semua kebodohan di setengah umur kita dahulu? Persis seperti belasan tahun lalu, sok gagah-gagahan berhadapan dengan moncong senjata tentara Suharto dan polisi anti-huru hara dimana kita selalu beruntung saat itu tak pernah berjodoh dengan peluru. Atau seperti perjalananmu ke lereng-lereng gunung berapi yang sedang amok tak peduli kemungkinan apapun yang bisa terjadi. Kami menulis ini hanya sekedar mengingatkan nazar kita bahwa hidup yang absurd harus dihadapi dengan tangan terkepal, hasrat gaspol dan lengan siap merengkuh apapun yang terjadi. Amorfati.
Jika kau besok membaca tulisan ini, yakinlah banyak kawan yang ingin kau cepat bangun lagi. Proyek-proyek komunitas menunggu, blog-mu harus di-update, bukumu harus dirampungkan, beberapa puncak bukit dan gunung rindu kau kunjungi, album barumu tentu tak mungkin dirilis tanpa acara launching. Apa jadinya tangkringan di kios tanpa ngalor ngidul omong kosong soal konspirasi hantu kolong jembatan, patung Vinsen, bencong Veteran dan agen BIN? Dan tentu saja, Desember sudah dekat. Kita harus bersiap kembali di kerumunan depan panggung saat Anthrax datang. Menyanyi hingga suara parau persis seperti yang kita lakukan kemarin saat Iron Maiden berkunjung.
Atas nama para sahabat dan kerabatmu dan semua yang pernah kau bantu.
Live life to the fullest, smashing boredom till the last breath!
Much love, widespread hope, clenched fist.
- Ucok.
.: Tentang Seklumit Ruang Kemerdekaan
.: Tentang Seklumit Ruang Kemerdekaan: Memang sulit memilah pula memilih lagu-lagu yang tepat untuk dijejalkan di 512MB ini, dibawah ini adalah beberapa dari lagu-lagu yang kurang...
.: His Name is 'Hery Sutresna'
.: His Name is 'Hery Sutresna': Ini adalah tulisan yang saya buat untuk memenuhi salah sebuah tugas kuliah yang (katanya) bertujuan untuk pengembangan kepribadian. Apabila ...
Senin, 16 April 2012
CRONIK TURNTABLIST: Biography
CRONIK TURNTABLIST: Biography: Seringnya berkumpul bersama di malam minggu sebagai pengisi acara disepanjang jalan Dago Bandung (HipHop Kaki Lima) serta atas dasar kesam...
CRONIK TURNTABLIST: AVAILABLE NOW..!!available on CDIDR 35,000For Orde...
CRONIK TURNTABLIST: AVAILABLE NOW..!!available on CDIDR 35,000For Orde...: AVAILABLE NOW..!! available on CD IDR 35,000 For Order : Riza 085721330980 02295094879 GRAB IT FAST..!! POSTER
Minggu, 15 April 2012
Sabtu, 14 April 2012
Bob Sadino – Pengusaha Sukses bergaya sederhana
Sosok berambut putih, bercelana pendek, dan kadang mengisap rokok dari cangklongnya ini begitu mudah dikenali. Gaya bicaranya blak-blakan tanpa tedeng aling-aling. Ia adalah Bob Sadino, pengusaha sukses yang terkenal dengan jaringan usaha Kemfood dan Kemchick-nya. Beberapa kali wajahnya ikut tampil di beberapa sinetron hingga ke layar lebar, meski kadang hanya tampil sebagai figuran.
Penampilannya yang serba cuek itu ternyata sejalan dengan pola pikirnya yang apa adanya. Sebab, menurutnya, apa yang diraihnya saat ini adalah berkat pola pikir yang apa adanya itu. Ia menyebut bahwa kesuksesannya didapat tanpa rencana, semua mengalir begitu saja. Yang penting, adalah action dan berusaha total, dalam menggeluti apa saja.
Totalitas Bob memang patut diacungi jempol, apalagi mengingat lika-liku jalan hidup yang telah ditempuhnya. Pria kelahiran Lampung, 9 Maret 1933 yang hanya lulusan SMA ini pernah mengenyam profesi dari sopir taksi hingga kuli bangunan untuk sekadar bertahan hidup.
Saat masa sulitnya, ia pernah hampir depresi. Tapi, ketika itu seorang temannya mengajaknya memelihara ayam. Dari sanalah ia kemudian terinspirasi, bahwa kalau ayam saja bisa memperjuangkan hidup, bisa mencapai target berat badan, dan bertelur, tentunya manusia juga bisa. Itulah yang kemudian mengawali langkahnya untuk berwirausaha. Ia pun kemudian memutuskan untuk makin menekuni usaha ternak ayam.
Pada awalnya, ia menjual telur beberapa kilogram per hari bersama istrinya. Mereka menjual telur itu awalnya dari pintu ke pintu. Dan, dengan ketekunan dan kemampuannya menjaga hubungan baik, telurnya makin laris. Dari sanalah kemudian usahanya terus bergulir. Dari hanya menjual telur, ia lantas menjual aneka bahan makanan. Itulah yang akhirnya menjadi cikal bakal supermarket Kemchick miliknya. Ia kemudian juga merambah agribisnis khususnya holtikutura, mengelola kebun-kebun yang banyak berisi sayur mayur untuk dijual pada orang asing seperti orang Jepang dan Eropa. Hubungan baik dengan orang-orang asing inilah yang kemudian makin membesarkan usahanya hingga ia akhirnya juga memiliki usaha daging olahan Kemfoods.
Dalam menjalankan setiap usahanya, Bob selalu menyebut dirinya tak punya kunci sukses. Sebab, ia percaya bahwa setiap langkah sukses selalu diimbangi kegagalan, peras keringat, dan bahkan jungkir balik. Menurutnya, uang adalah prioritas nomor sekian, yang penting adalah kemauan, komitmen tinggi, dan selalu bisa menciptakan kesempatan dan berani mengambil peluang.
Bob menyebut, kelemahan banyak orang adalah terlalu banyak berpikir membuat rencana sehingga tidak segera melangkah. Ia mengatakan bahwa ketika orang hanya membuat rencana, karena merasa memiliki ilmu yang melebihi orang lain, muncullah sifat arogan. Padahal, intinya sebenarnya sederhana saja, lakukan dan selalu dengarkan saran dan keluhan pelanggan. Bob membuktikan sendiri, ia yang hanya bermodal nekad, tapi berlandaskan niat dan keyakinan, serta kerja keras pantang menyerah, tanpa teori sukses ia pun bisa jadi seperti sekarang.
Sukses itu bukan teori. Namun didapat dari perjuangan dan kerja keras, serta dilandasi keyakinan kuat untuk mewujudkan cita-cita. Bob Sadino adalah contoh nyata bahwa setiap orang bisa sukses asal mau membayar ”harga” dengan perjuangan tanpa henti.
jadilah yg sederhana tati tetap different
Jumat, 13 April 2012
FVCK
kutakpeduli siapa kamu dan apa gelarmu
tinggi identitas dan juga rangkai kapasitasmu
tapi bagaimana kau hargai orang di depanmu
apa kau baik atau arogan yg jadi alasmu
kutak peduli berangkai gelar yg mengalungi
dan juga tangkai salut yg telah kau kalungi
berapa banyak panggung yg telah kau datangi
#samarata
UNBREAKABLE
meski banyak disana yg berkata tak ramah
mencibirku mencela kala micku kujamah
yang terus melihatku dengan sebelah mata
seraya tak setara status yg tak rata
mengapa? karena posisi yg seperti tahta
ringannya kau menista dengan benci yg buta
apakah kemegahan satu dan segalanya
kuhanya intan tertutup itulah kendalanya
seadanya kondisi mana letak salahnya
kau hanya hiperbola dari sisi celahnya
tak lelahnya tak ubahnya kau ingin semuanya
layaknya firaun dengan setumpuk berhalanya
tak payahlah bukti sana kan ada tuk jawabnya
apa yg tersampai dari hati kan mengungkapnya
dan tepatnya mimpiku tetap berada di tempatnya
meski berangkai halangan datang tuk menghambatnya
reff : u can try break me
shake me take me down
but u never take my dream
and my life away from me
So pleaase...don't mistake my niceness for weakness
if u wanna break me then u gonna need more missiles
i aint gonna please ya'll im just walk and whistle
lalala...processin track and the sequel
pena tetap merima struggle ku ksatria
diatas aksara birarama dengan setia
di setiap keringat dalam berfikir cermat
maka diatas sanalah opinimu ku lumat
bertumpu kualitas membongkar ragu pantas
diatas ego2 timpang yg culas mengulas
lantas dengan tegas lugas kugoreskan jelas
bagaikan tinju keras menabrak ringkih gelas
this art is my shield my rhymes is ma leg
i make u kneel and make u know this art couldnt break
unbreakable...even u boom it with mega sounds
proudly skill like steel so like im buildin megat
i never give up..and never break down
i never give up till my last voice sound
i will never give up even u try to crush me
im still standin up unbreakable with my dream and my lifes
yeah i will never break down even u push around
gift a hundred percent for this still write this lines still keep in rhymes
reff : would u know if u die tommorow
would u even think of this
verse emgeez :
pernahkah terfikir jika kereta maut menjemput
berapa banyak api kebajikan telah kau sulut
pernah kau kira semua yg kau ucap dari mulut?
sakiti hati yang buat insan lain tersudut
pernahkah kau berfikir banyak dosa yg kau tabur
tak terukur dalamnya hingga pahala terkubur
berapa banyak pula kau bersyukur terhadap nikmat
tak mendongak kepala melihat kaum melarat
dan apakah topeng keparat kan beri kau surga
tiap jerat puji dunia apakah akhir lega
pernahkah tersirat atau minim teringat
atau cuma tenggelam kau terendam dalam pikat
banyak muslihat yg kadang kasat dan tak terlihat
bahkan kadang sembunyi di dalam tulang belikat
ketika kita merasa sempurna tapi temui sesat
tanpa tau keburukan itu teramat dekat
reff : would u know if u die tommorow
would u even think of this
verse diztroya :
pernahkah terfikir kalau kau jadi mayat
terkubur dengan ulat belatung merayap
beriman dunia malam penuh gemerlap
tak terfikir kau akan meratap
saat sebuah strategi coba kau racik
racuni anak itu dengan caramu picik
tenggelam ke dalam titik overdosis
tak hiraukan mereka kritis
tak bisa kau ukur panjangnya tali nafas
puji semua syukur dengan tulus yg di ATAS
dan kini diam meronta dalam rintihan
hingga tiba dirimu mati perlahan
coba sadari perbuatan selama hidupmu
tak hanya beban akalmu
renungkan sebelum terhenti detak jantung
fikirkan sebelum tiba masa berkabung
Kamis, 12 April 2012
thearcticcat:
“adalah bagaimana manusia menyebut nama tuhannya : “tebas lehernya dahulu baru beri dia kesempatan untuk bertanya”
pastikan setiap tema legitimasi agama seperti hak cipta
supaya dapat kucuci seluruh kesucianmu dengan sperma
persetan dengan Surga® sejak parameter pahala
diukur dengan seberapa banyak kepala yang kau pisahkan dengan nyawa
kini leherku-lah yang membuat golokmu tertawa
target operasi di antara segudang fasis seperti FBR di Karbala
karena aku adalah libido amarahmu yang terangsang dalam genangan darah
selangkangan Shanty jika kau menyebut parang bagian dari dakwah
melahap dunia menjadi pertandingan sepakbola
penuh suporter yang siap membunuh jika papan skor tak sesuai selera
para manusia-unggul warisan Pekan Orientasi Mahasiswa
paranoia statistika agama, wacana-phobia ala F.A.K
B-A-K-I-N tak pernah bubar, mewujud dalam nafas kultural
persis wakil parlemen yang kau coblos dan kau tuntut bubar
partai bisa ular, belukar liberal
Gengis Khan mana yang coba definisikan moral
persetankan argumentasi membakar bara masalah
dengan kunci pembuka monopoli anti-argumen komprehensi satu bahasa
instruksi air raksa mereduksi puisi hingga level yang paling fatal
kehilangan amunisi, sakral adalah ambisi
wadal modernisasi, program labelisasi Abu Jahal
distopia yang tak pernah sabar untuk menuai badai aku bersumpah untuk setiap jengkal markas yang kalian anggap layak bongkar
dan setiap buku yang nampak lebih berguna jika terbakar
jika setiap hal harus bergerak dalam alurmu yang sakral
sampai api terakhir pun, neraka bertukar tempat dengan aspal
batalyon pembenci Gommorah sucikan dunia dengan darah
menipiskan batas antara kotbah dengan gundukan sampah
jika membaca Albert Camus menjadi alasan badan-leher terpisah
lawan api dengan api dan biarkan semua rata dengan tanah
lubang tai sejarah, memang dunia adalah
kakus raksasa nikahi bongkah kranium kerdil berpinak ludah
jika idealisme-mu tawaran untuk mengundang surga mampir
berikan bendera dan seragammu, kan kubakar sampai arang terakhir
sratus kali lebih dangkal dari kolom Atang Ruswita
seribu kali lebih busuk dari tajuk majalah Garda
untuk semua idiot yang berfikir semua ide dapat berakhir diperapian
tak ada dunia yang begitu mudah untuk kalian hitamputihkan
mendukung keagungan layak Heidegger mendukung Nazi
propaganda basi, wahyu surgawi dengan bau tengik terasi
jika suci adalah wajib dan perbedaan harus melenyap
maka jawaban atas wahyu parang dan balok adalah bensin, kain dan botol kecap
yo, fasis yang baik adalah fasis yang mati
fasis yang baik adalah fasis yang mati (the good fascist is the dead one!)
fasis yang baik adalah fasis yang mati (the good fascist is the dead one!)
tunggu di ujung jalan yang sama saat kalian mengancam kami”
seriously this is the best rap group from my country. you should listen to them. Political and stuff.
HOMICIDE – “Tha Nekrophone Dayz : Remnants and Traces from the Years Worth Living” – SUBCIETY RECORDS
Posted in Black Road, Blogroll, Celebritis, Lirik, Peristiwa, Site Review, Tulisan, wajah by scrapman on November 27, 2007
11:19:09 pm, Categories: Band|Album|Demo Review,
HOMICIDE – “Tha Nekrophone Dayz : Remnants and Traces from the Years Worth Living” – SUBCIETY RECORDS
Review By Badam
e mail : badamcollar@yahoo.com
Seperti yang banyak diakui orang, Homicide adalah sebuah anomali. Mereka adalah band hiphop yang lebih dikenal di scene hardcore/punk dibanding popularitas mereka di scene hiphop. Meski beberapa pelaku di scene hiphop indonesia mengakui bahwa Homicide adalah salah satu pioneer di tanah air, mereka tak cukup dikenal terutama oleh para anak-anak hiphop kemaren sore. Ini dikarenakan oleh Homicide sendiri yang sangat tidak peduli pada produktivitas materi. Untuk seukuran band seperti mereka yang sudah berumur hampir 10 tahunan, mereka terhitung sebagai band yang sangat pelit dalam menghasilkan materi. Lagu-lagu mereka hanya beredar dikalangan tertentu dan sangat sulit didapat, hanya ada di beberapa kompilasi dan demo yang sangat sukar ditemukan di ‘pasar’. Tapi mereka terkenal karena hebatnya materi-materi itu sendiri. Legends live because they are that great. Meskipun sedikit tapi cukup membelalakkan mata orang, tak hanya penggemar hiphop tapi juga para penggemar genre lain, terlebih di scene punk/hardcore dimana mereka sering memberi cameo (featuring) di beberapa band underground Bandung dari Undercontrol hingga Balcony hingga Puppen. Tak boleh dilupakan pula, keterlibatan mereka di aktivisme, konsistensi mereka thd etos D.I.Y dan integritas mereka sebagai MC yang tak kenal kompromi dalam hal estetika hiphop, melahirkan anekdot lucu bahwa Homicide adalah band hiphop yang lebih ‘punk’ dari band punk di Indonesia, sekaligus sebuah band punk yang lebih ‘hiphop’ dari grup-grup hiphop di tanah air. Tak heran jika banyak orang yang menanti terlalu lama untuk album ini dan untungnya penantian itu berakhir memuaskan.
Oke… langsung ke album. “Album ini bukan album artian sesungguhnya” begitu tulis Morgue Vanguard dalam liner notes pengantar CD ini. Dan memang demikian adanya. Album ini lebih merupakan dokumentasi karya mereka sejak formasi 3 MC & 1 DJ, hingga menyisakan Morgue Vanguard seorang (atau sosok yang lebih kita kenal sebagai Ucok). Semuanya 18 lagu, setengah dari EP mereka “Prosa Tanpa Tuhan” yang dijadikan materi split dengan Balcony, setengahnya lagi dari EP “Barisan Nisan” yang dibuat setelah Aszi (Sarkasz) meninggalkan Homicide, namun tidak jadi dirilis Ucok entah alasan kenapa, (kemungkinan besar masalah finansial). Sisanya single-single dari kompilasi dan satu demo mereka yang menggebrak di bawah tanah jaman Suharto dulu, “State of Hate” yang pernah masuk di album kompilasi band-band Bandung, “Brain Beverages”. Singkatnya album ini adalah “koleksi ‘sonic works’ mereka selama 11 tahun eksistensi Homicide”, begitu penjelasan press release dari Subciety Records yang merilis album ini.
Dokumentasi ini cukup memperlihatkan kita rangkaian evolusi musik mereka dan sekaligus menunjukkan integritas mereka sebagai MC dengan menembus batas-batas penulisan lirik hiphop dalam bahasa indonesia yang selama ini ada. Tak hanya layak diapresiasi sebagai ‘album hiphop’ tetapi, dalam segi bentuk lirikal-nya sendiri, syair yang mereka buat adalah sebuah bentuk baru yang bisa diapresiasi sebagai ‘karya sastra’ kalau kita berbicara pada wilayah pantun dan puisi.
Kecepatan flow mereka, delivery yang acak, kosakata yang bejibun dan cerdas, dan metafor yang tak lazim dan jelimet. Semuanya memang membuat materi mereka agak sulit dicerna awam dengan sekali mendengar. Majas pengandaian (metafor) yang dalam hiphop sering dipakai, oleh mereka tak dibiarkan tergeletak sebagai kepingan tunggal. Metafor itu tak hanya berbentuk ‘kata’ namun dalam wujud bangunan kalimat solid yang sambung-menyambung tak bisa dipisahkan begitu saja sehingga tak bisa diartikan dalam satu penggalan dan saya jamin, akan menghasilkan orang-orang yang membenci mereka lebih benci lagi dengan mengutipnya setengah-setengah. Dari track satu ke lainnya, Homicide tak pernah kehilangan sentuhan yang membuat mereka terkenal: mengawinkan bahasa intelektual dengan bahasa terminal, plus balutan kosakata battle yang menghasilkan lirik-lirik mutan yang sulit dicari padanannya di khasanah hiphop dalam negeri. Pada lyric sheet mereka (yang super panjang) kalian akan menemukan kata ‘inkuisisi’ dan ‘kontol’ sekaligus dalam satu kalimat, atau mungkin ‘mediasi’ dan ‘bondon’ dalam satu verse.
Saya ingin sekali memuat kutipan lirik mereka disini. Namun sialnya, hampir semua lirik mereka layak kutip. Jadi daripada tidak adil, saya sarankan lebih baik kalian buktikan saja sendiri dengan mendengarkannya. Dari materi awal mereka ketika Lephe masih bergabung, “Post Mortem Hiphop”, lagu manifesto mereka “Boombox Monger”, track kontroversial “Puritan”, hingga brengseknya “Semiotika Rajatega”, adalah bukti dari formasi duet MC paling maut di tanah Jawa; Ucok dan Aszi plus Iwan sebagai DJ mereka.
Sedangkan 7 track terakhir membuktikan mengapa Ucok layak disebut frontman dan garda depan Homicide. Selain reputasi dirinya secara personal sebagai seorang individu kharismatik dan influential dengan segala aktivitasnya diluar Homicide yang sama ikonik-nya, ia membuktikan bahwa meskipun sendirian (dalam hal menulis lirik dan musik) ia tetap dapat menjaga Homicide tak kehilangan taringnya. Meski sudah beranak dua, Ucok tak kehilangan sedikit apapun. Buktikan saja dengan menyetel keras-keras track spoken words “Barisan Nisan” yang menggetarkan dan “Senjakala Berhala” yang menegakkan bulu kuduk jika di setel tengah malam hingga “Belati Kalam Profan” yang buas dan “Nekropolis”, track gila yang berisiknya minta ampun, menghadirkan guest vocal Addy Gembel, vokalis band death metal ternama, Forgotten, dari Bandung (ya betul, saya bilang death metal!!). Dengarkan juga lagu ‘perpisahan’ ucok dengan Sarkasz yang meninggalkan Homicide berjudul ‘Membaca Gejala dari Jelaga”, sangat-sangat emosional, politis namun sangat personal. Juga cek lagu tribut Ucok bagi Widji Thukul, sang penyair favoritnya yang dihilangkan pemerintah di era Suharto. Pada “Sajak Suara” Ucok membaca puisi Thukul, berjudul sama, dengan sangat brutal. Tapi yang paling mengejutkan adalah lagu ber-titel “Rima Ababil” yang radio-friendly namun tak sedikitpun mengurangi bobot isinya. Ucok nge-rap dengan flow yang tak biasa dia pakai sebelumnya. Namun dengan sample suara Munir almarhum (menyebut militer sebagai orang-orang pengecut) yang dipakai sebagai intro, lagu ini tak dijamin juga bisa diputar di radio-radio.
Bisa saya bilang, semua materi tadi memiliki kekuatan magis yang membuat orang-orang yang tak suka musik hiphop atau tak suka politik harus terpaksa menaruh perhatian pada mereka. Namun karena begitu kuatnya lirik mereka, ada satu hal yang banyak luput dari perhatikan orang, bahwa musik Homicide adalah sebuah kekuatan tersendiri. Kalian dapat mendengarkan musik mereka tanpa harus terganggu dengan apa yang mereka bicarakan, menganggukkan kepala pada beat-beat mereka tanpa harus khawatir bosan dengan kalimat-kalimat mereka. Secara keseluruhan album ini pun membuktikan bahwa Homicide tidak peduli dengan trend beat yang menyapu dunia. Mereka konsisten dengan gaya hiphop awal 90-an mereka. Raungan sirine, noise, beat James Brown, dan loop hook yang dibiarkan kotor, mengingatkan kita pada kejayaan hiphop di era RUN DMC, Public Enemy, Gang Starr, atau EPMD dan Soul Assasins di akhir 80-an hingga pertengahan 90-an. Tak hanya berhenti disitu, mereka juga berhasil meminang sound dan sample dari musik-musik avantgardis seperti This Heat dan Godflesh, juga drones melodis menyayat ala Godspeed You! Black Emperor. Meski memberi album ini 4 bintang alias keren, Rolling Stone sama sekali salah jika mengatakan bahwa apa yang mereka lakukan secara musikal bukanlah sesuatu yang baru! Peran Iwan sebagai DJ di hampir setiap track pun luar biasa. Meski Ucok yang menulis semua musik, kontribusi Iwan dalam membuat musik Homicide secara artistik menakjubkan tak bisa dilihat sebelah mata. Silahkan dengar “Belati Kalam Profan” dan versi remix dari “Boombox Monger” jika tak percaya.
Pada kesimpulan akhir, “The Nekrophone Dayz” ini adalah kesempatan baik bagi mereka yang tak pernah mengenal Homicide untuk mendengarkan sendiri apa yang membuat mereka hebat dan se-legendaris yang dibicarakan orang. Dan bagi yang pernah dan tahu sosok mereka, ini dapat membuat kita cukup menempatkan mereka pada posisi yang seharusnya; sebagai salah satu grup musik terpenting yang pernah lahir di Indonesia.
DUNIA BARU: PATHOS
DUNIA BARU: PATHOS: PATHOS Hiphop dengan kain kafan Tamim Massa takkan pernah siap serupa rautan cakram DJ Vadim Menguasai hasrat dalam skala kuasa Nazi dan ...
DUNIA BARU: negeri kutukan
DUNIA BARU: negeri kutukan: "Parang dan Tulang Belakan" D'ARMY featuring MORGUE VANGUARD (Diambil dari album NEGERI KUTUKAN milik D'ARMY, rilis tahun 2007) demi se...
DUNIA BARU: ORBITUARI
DUNIA BARU: ORBITUARI: lirik Morgue Vanguard (Ucok Homicide) di lagunya Eyefeelsix 'Obituari'. Lingkaran setan dengan rima tuhan, posse cut bancakan/ Mayori...
DUNIA BARU: BARISAN NISAN
DUNIA BARU: BARISAN NISAN: Homicide - “Barisan Nisan” Catatan: "Barisan Nisan" dirilis pertama kali sebagai mini album (EP) oleh mereka sendiri dalam bentuk CD-R, ...
DUNIA BARU: "Illsurrekshun"
DUNIA BARU: "Illsurrekshun": Homicide - "Illsurrekshun" Catatan: "Illsurrekshun" adalah album terakhir Homicide, dibuat tahun 2007 dan dirilis tahun 2008 tepat di t...
Langganan:
Komentar (Atom)

